"cicha jadi, cicha jadi," kata segerombolan anak di sebuah komplek perumahan yang bisa dibilang elit di kawasan cimahi bandung Cicha namanya, Larissa Putri Gilbert, anak dari GM Gilbert & co. Cicha adalah anak kecil biasa turunan Amerika-Sunda yang besar di Kanada, dan baru 1 tahun ini kembali ke Indonesia karena papanya memegang jabatan di kantor cabang Indonesia. Walau kantor cabang terletak di Jakarta, ia dan mamanya tinggal di Bandung, dengan alasan, Jakarta sesak. Seminggu sekali Papanya datang ke Bandung untuk istirahat, dan bertemu dengan keluarga."Ei! wait, eh tunggu!!!!" kata cicha sambil mengejar teman-temannya. tetepi memang dasarnya cicha memang lamban dia tidak bisa mengejar kecepatan teman-temannya. Dia sudah duga kalau ini bakalan terjadi. hampir setiap permain EN (permainan kejar-kejaran kalau hampir ketangkap bilang EN biar nggak ditangkap) dia selalu begini. kalah, kalah, dan kalah.
Cicha merasa bosan, lalu ia lebih memilih ke taman kompleknya. Disana sepi, hanya ada satu anak kecil yang sedang bermain ayunan. Cicha tidak pandai berkata-kata dengan orang baru. ia lebih memilih diam dan duduk di sebelah ayunan anak itu.
"Eh, kamu siapa? Jangan duduk disitu, itu tempat Rayhan" kata cowok kecil itu padanya. Cicha jadi bingung, disini nggak ada orang lagi selain mereka. Lagian kalau tidak salah tidak ada nama Rayhan di komplek mereka. Cicha nggak berani menjawab perkataan cowok itu dan langsung pergi dari sana dan memilih bermain pasir.
"Jangan main disitu juga! Ntar Rayhan marah!" kata cowok itu lagi.
Kekesalan Cicha udah sampai memuncak. "Rayhan, rayhan, siapa sih? disini itu nggak ada siapa-siapa, Cicha boleh donk main inikan tempat umum," kata Cicha marah. kekesalan sewaktu main EN bertambah saat ia bertemu dengan anak, yang kayaknya lebih muda dari dia ini, selalu bilang Rayhan-rayhan-rayhan.
"Rayhan ada kok disini, kamu aja yang nggak bisa liat," kata anak laki-laki itu, kontan bulu kuduk Cicha berdiri.
Rayhan ada disini? Jangan-jangan ...
.....
Cicha merasa bosan, lalu ia lebih memilih ke taman kompleknya. Disana sepi, hanya ada satu anak kecil yang sedang bermain ayunan. Cicha tidak pandai berkata-kata dengan orang baru. ia lebih memilih diam dan duduk di sebelah ayunan anak itu.
"Eh, kamu siapa? Jangan duduk disitu, itu tempat Rayhan" kata cowok kecil itu padanya. Cicha jadi bingung, disini nggak ada orang lagi selain mereka. Lagian kalau tidak salah tidak ada nama Rayhan di komplek mereka. Cicha nggak berani menjawab perkataan cowok itu dan langsung pergi dari sana dan memilih bermain pasir.
"Jangan main disitu juga! Ntar Rayhan marah!" kata cowok itu lagi.
Kekesalan Cicha udah sampai memuncak. "Rayhan, rayhan, siapa sih? disini itu nggak ada siapa-siapa, Cicha boleh donk main inikan tempat umum," kata Cicha marah. kekesalan sewaktu main EN bertambah saat ia bertemu dengan anak, yang kayaknya lebih muda dari dia ini, selalu bilang Rayhan-rayhan-rayhan.
"Rayhan ada kok disini, kamu aja yang nggak bisa liat," kata anak laki-laki itu, kontan bulu kuduk Cicha berdiri.
Rayhan ada disini? Jangan-jangan ...
.....
